Sebuah Lukisan Kata "The Mean Of Sowangan"
The Mean Of Sowangan
Akhir-akhir ini didaerah saya, sedang musim sowangan. Musim sowangan ini dilatar belakangi yang jelas bukan musim penghujan, melainkan musim panas yang setiap harinya banyak angin kencang, sehingga cocok untuk memanjer sowangan. Di desa saya anak-anak dan orang dewasa sangat menikmati permainan sowangan ini. Hiburan yang menyenangkan.
Leluhur kita sepertinya amat terampil dalam berkreatifitas menggunakan bahan-bahan di sekitar mereka. Mereka memaksimalkan potensi barang yang ada di sekitarnya, ada kayu ya pake kayu, ada bambu ya pake bambu, ada batu ya pake batu. Mereka menciptakan permainan yang menyenangkan dan penuh makna. Ketika kita pergi ke luar negeri budaya permainan mereka tak sehangat yang leluhur kita ciptakan.
Budaya permainan sowangan sudah sejak dulu turun-temurun. Biasanya ketika sore mereka akan berkumpul di sawah yang tidak ditanami atau tanah lapang yang memiliki angin kencang. Di tempat seperti itu sowangan akan lebih mudah dipanjer atau diterbangkan. Hal itu tentu sangat menyenangkan bagi anak-anak maupun orang dewasa.
Meskipun sowangan tidak ditetapkan sebagai UNESCO Sports and Game tapi permainan sowangan masih tetap lestari, dan tetap saja digemari. Kekuatan leluhur dalam bertirakat menciptakan permainan ini. Betul-betul top.
Sore datang dengan bahagia, buktinya dia berwarna jingga seakan tersenyum kepadaku. Disini di belakang gedung pertanian, biasanya dulu saya memanjer sowangan. Beberapa waktu kemudian, anak-anak datang, dengan gagah membawa sowangan, membawa harapan. Pemandangan yang membuatku rindu, kenangan masa kecil memang tidak terganti.
Perwujudan harapan, imajinasi, dan ambisi anak-anak. Mereka sampaikan melalui sowangan. Mereka berusaha menunjukan jati dirinya melalui sowangan, mereka berusaha menunjukan eksistensi diri, mereka berani. Sowangan terbang, harapan pun meninggi.
"Nguangggg!". Bunyi jejet yang terkena angin kencang sebagai ciri khas sowangan.
"Masa kecil ku ulang di bawah cahaya senja".
Tak jarang anak-anak akan memanjer sowangan mereka hingga pagi hari. Musim.begini angin nya cukup tenang dan kencang jadi pas untuk manjer semalaman. Manjer nya juga di sawah jadi ga ada yang akan keberatan. Toh juga para orang dewasa juga pernah mengalami masa kecil, jadi pasti tau rasanya. Ketika sowangan sedang mengudara. Kami yang di bawah akan mengadakan rumpok , entah membakar jagung, singkong, ataupun kacang.
Saat sowangan di tempat yang tinggi, biasanya orang tua mulai menjelaskan tentang makna di balik sowangan itu atau The Mean Of Sowangan. Mereka melihatkan pucuk buntut yang jauh dari sowangan.
Terlihat bahwa pucuk buntut itu tidak tenang. Banyak bergerak ke sana kemari. Tidak stabil. Ketika sowangan ke arah kanan dia kadang malah ke arah kiri. Sebaliknya jika sowangan ke kiri justru di ke arah kanan. Lalu diperlihatkan buntut yang dekat dengan sowangan. Dia bergerak tenang bersama sowongan. Gerakannya dinamis beraturan.
Mereka kemudian menjelaskan, buntut yang jauh dari sowangan itu ibarat orang yang jauh dari Tuhan, hidupnya tidak tenang dan mudah terombang-ambing. Sedangkan buntut yang dekat itu adalah ibrat orang yang dekat dengan Tuhan dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Tenang dan bergerak dinamis dalam menjalani kehidupan.
Anak-anak, biasanya akan mudah menerima pesan dengan penggambaran seperti ini daripada dalil yang melangit dan mungkin bagi mereka membosankan.
Komentar
Posting Komentar