Sebuah Lukisan Kata " Patah Hati Kehilangan Diri Mengenal Diri".
Patah Hati Kehilangan Diri Mengenal Diri
Seseorang warnailah hidupku. Ku kira rancanganku sudah kokoh ternyata begitulah. Kini tak lagi menunggu, tak lagi cemburu, apalagi merindu. Apakah ini bebas?. Ada hati yang terlanjur dipatahkan. Ada rasa yang harus dihilangkan. Ada banyak rindu yang terabaikan. Hanya karena enggan kukatakan. Sudahlah... Aku terbiasa terjebak kekecewaan. Pergilah... tak masalah, Aku mempunyai hati yang kuat.
" Maaf, Aku tak tau diri".
Rinduku kacang asin, dicoba sekali dan sulit sekali berhenti. Aku mencari masalah dengan mu hanya untuk mencari perhatianmu. Kadang serumit itu mendapatkan perhatianmu. Apa yang membuatku terjaga hingga semalam ini? Kopi atau kecemasan hati?. Aku rasa yang kedua.
"Patah Hati".
Nyatanya orang yang paling kau percayai pun bisa mengingkari. Hati yang patah, rasa yang tidak menyenangkan. Ketika Aku hanya mendengar degup asmara di hatiku, tak peduli orang lain mencibirku. Orang yang paling ku bangga-banggakan, nyatanya dapat memberikan hal yang tidak menyenangkan.
"Kehilangan Diri".
Kisah-kasih remaja, memang hanya sementara. Fana. Kemarau panjang mengawetkan kehilangan, mengharap pada rindu yang membawa hujan. Ruang-ruang sunyi dalam diri sibuk mencari-cari, apa yang hilang. Rintik air hujan masih setia menemani hati yang terluka.
Sedemikian ramai dan kacaunya kehilangan. Banyak janji berhamburan menjelang gerbang baru hanya kelabu. Separah kapal pecah, sepanas api cemburu, berkobar layaknya rindu. Kehilangan sama dengan menyakitkan. Tersenyum antara nyengir dan getir.
Setumpuk lagu sendu menemani kecewa. Bagaiamana kau dengan santainya, berhadapan dengan rasa yang bisa membahayakan nyawa. Rasa yang belum sirna tapi terpaksa harus mengakhirinya. Menemui kebingungan. Karena semua bertujuan untukmu. Lenyapmu. Menenggelamkan pada malam dalam kelam. Ruang tanpa riang. Sunyi...
"Mengenal diri".
Masih menikmati dan merayakan patah hati. Kau bilang "Jangan mudah mempercayai orang tanpa alasan". Hari itu aku tau maksudmu. Benar saja, kau memberikan contohnya secara langsung. Lalu termenung, tersapu kesunyian. Larut dalam lara dalam asap asap penyesalan. Mendidih oleh air mata.
"Dan cukup".
Kini waktunya melihat dengan lebih berarti. Kau telah tidak mencintai. Akan ku cari cara lain membahagiakan hati. Apapun itu asalkan membuat seakan hidup kembali. Mengulang masa saat merasa penuh semangat. Tak kan kuburu-buru mencari hati ataurumah, jika hanya akan menambah hati yang patah.Dan hal paling berharga adalah menjadi diri sendiri.
Lenyap tanpa kabar. Hambar.
Datar...
Komentar
Posting Komentar