Sebuah Lukisan Kata " Aku berlumuran darah "

Aku Berlumuran Darah

     Pertarungan makin lama bukan makin lemes, justru malah makin pecah suasana, dan alangkah sengitnya. "Jurus Coretan Pohon Tumbang". Jurus itu nyaris mengenai ubun-ubun Mas Pelukis. Tinggal jarak serambut saja pasti Mas Pelukis akan tertanam karena jurus yang dikeluarkan Mas Bandit.

     "Jurus Cipratan Warna Buta Warna ." Seru Mas Bandit. Sekali lagi Mas Pelukis nyaris celaka dan kehilangan nyawa. Jurus itu tadi dapat membutakan penglihatan. Mampu membuat orang-orang terkecoh dengan berita-berita yang ada tanpa mengecek sumber berita dan langsung saja mengeshare nya. Atau dalam bahasa mudahnya mampu mrmbuatmu mudah termakan Hoax.

     Massa yang melihat pertempuran itu hanya sanggup ndomblong dan melongo atau terkesima seketika. Mereka karena manusia awam tak mengerti esensi-esensi ilmu-ilmu dan jurus-jurus Dunia Perlukisan. Dalam kesempatan massa yang menonton pertempuran itu, tak jarang banyak bakul-bakul yang laris manis. Layaknya dalam kenduri saja, massa yang berkerumun sontak seluruhnya duduk rapi tak seperti suporter sepak bola. Mereka tenang dan menyimak perkelahian dengan seksama.

    Sejurus setelah jurus Cipratan Warna Buta Warna. Mas Bandit langsung menyusul dengan Jurus Terjangan Kegugupan. Dengan rileks Mas Pelukis Siang Terik menanggapi jurus itu dengan Jurus Coretan Ketenangan. Hal apa yang mampu mengusik -usik atau melukai suatu ketenangan. Sejurus ,dua jurus, tiga jurus, empat jurus, lima jurus Mas Bandit terus mengirimkan serangan beruntung Pada Mas Pelukis.

    Semua serangan Mas Bandit dapat teratasi dan terhindari oleh Mas Pelukis. Kemudian Mas Pelukis akhirnya menyerang " Jurus Kegigihan ". Mas Pelukis menyerang dengan Jurus Kegigihan dan langsung saja. " SPLASSSSHHHHH!". Mas Bandit terkapar tak berdaya. Bagai ikan paus yang hidup di daratan dia tak berdaya. 

     Tampak siluet tubuh Mas Pelukis Siang Terik berlumuran darah. Matanya memancarkan cahaya merah menyala. Mas Pelukis melangkah mendekati Mas Bandit yang tengah terkapar tak berdaya dan sudah dalam baterai lemah. Bersiap untuk mengakhiri pertempuran. Dalam Dunia Perlukisan mati dan hidup dalam perang Perlukisan adalah hal wajib yang harus .

     Melihat Mas Bandit yang tengah terkapar massa yang tadinya melihat dengan duduk sontak beranjak dari duduknya. Bertepuk tangan ria. Massa memberikan standing applouse sebagai tanda respect pada Mas Pelukis Siang Terik. 

    Mas Berjubah yang tadinya tersedak ketika makan belimbing ikut langsung saja memfokuskan perhatian kepada Mas Bandit yang terkapar tak berdaya. "Astaga... Pemandangan tak menyenangkan apa ini?". Gumam Mas Berjubah dari atas pohon belimbing itu. Mas Berjubah lalu mengeluarkan kertas dan pensilnya lalu mengeluarkan Jurus Penglihatan Jarak Jauh. Dia memantau dengan seksama.

" Kisanak, apa ada kata terakhir?". Tanya Mas Pelukis Siang Terik.
" Aku rasa cukup. Ini adalah suatu kehormatan bisa berduel dengan mu Pendekar Mas Pelukis Siang Terik... ". Ucap Mas Bandit dengan lirih.
" Yohohoho... Terima Kasih telah bertarung denganku, aku berhutang padamu ". Kata Mas Pelukis.
" Humphh ". Senyum Mas Bandit dengan sok kuat menahan rasa sakitnya Jurus Coretan Kegigihan.
" Kau hebat Mas Bandit, aku kagum drngan watak kepelukisanmu ". Ucap Mas Pelukis.
" Halah biasa saja ya...". Kata Mas Bandit.
" Sudahlah lebih baik segera ku akhiri saja ". Kata Mas Pelukis.
" Jurus Menerima Dengan Lapang Dada ". Mas Pelukis menganggkat pensilnya, dan segera akan mengeluarkan Jurus nya. Sepersekian detik kemudian. Sepanjang setombak dua tombak. Tiba- tiba.

" YAMEEERRRROOOOOO !!!" . Teriak Mas Berjubah yang tadi di atas pohon belimbing sambil berlari menuju pengeksekusian Mas Bandit.
" Cott! Cot! Cot! Cotto Matte Kudasai! ". Kata Mas Berjubah tadi.

     Mas Pelukis diam sesaat, tinggal seujung tombak saja nyawa Mas Bandit meminang ajalnya. Semua menatap ke arah Mas Berjubah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer