Sebuah Lukisan Kata " Peteng Dhedet Perang Sengit Tak Terhindarkan"

Peteng Dhedet Perang Sengit Tak Terhindarkan

     Saat Pasukan Penghapus datang, membubarkan kerumunan secara persuasif dan campur sedikit represif. Secuil bentrok pun tak terelakan ada seorang penjual yang terpapar positif virus amarah sontak menempeleng petugas gabungan Penghapus dengan alat tolit-tolit. Tolit-tolit adalah alat yang berbunyi tolit-tolit ketika dipencet dan alat itu digunakan untuk berjualan penthol. 

     Petugas yang tertempeleng langsung sat set. Meringkus dan mengamankan seorang yang terpapar virus amarah tadi. Suasana sedikit menengang tapi tak lama pun mereda kembali. Pasukan Penghapus kemudian menghimbau warga yang masih berkerumun.

" Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Adek-Adek, Saudara-Saudara. Alangkah baiknya kita tetap berjaga jarak dan menghindari kerumunan untuk menghindari hal yang tidak di inginkan ". Kata seorang Pimpinan petugas gabungan Penghapus.

    Secara gremet-gremet perlahan-lahan warga membubarkan diri dari kerumunan. " JEDAKKKK!". Suara jurus dari Mas Bandit yang tadi loyo karena serangan Mas Pelukis Siang Terik. Semua warga yang tadi berkerumun terkurung dalam sebuah ruangan hitam hasil lukisan dari Mas Bandit. Gelap Gulita. Peteng dhedet. Selangkah kemudian Mas Pelukis Siang Terik mengeluarkan jurus yang kian menerangi gelapnya malam yang dihasilkan oleh Mas Bandit. Mas Pelukis mengeluarkan ilmu Cahaya Seribu Petromax. Suasana kembali sedikit cerah. Warga yang berkerumun dan pasukan Penghapus yang terkurung dalam ruang ciptaan Mas Bandit bersorak-sorak bergembira -bergembira semua.

" HIP-HIP! ".
" MAS PELUKIS SIANG TERIK! ".
" HIP-HIP! '.
" MAS PELUKIS SIANG TERIK! ".
" HIP-HIP! ".
" HOREEE! ".

     Suara semuanya menyorak i Mas Pelukis Siang Terik. Mas Pelukis bagai pelita dalam kegelapan, Mas Pelukis laksana embun penyejuk dalam kehausan. Sontak Mas Pelukis mengajak berunding Mas Bandit. Mereka bermusyawarah berusaha untuk mencapai mufakat.

" Sampean ini gimana to? Tadi katanya ga mau ngapa-ngapain. Kok malah bikin ulah sampe mengurung sekerumunan pihak yang tidak tau dan tidak mau tahu menahu". Jelas Mas Pelukis.
" Lhooohhh! Mbok ya terserah saya. Kalau gak terima yang langsung Duelll aja. Berani kagak ente ? ". Tantang Mas Bandit.

    Dalam dunia perlukisan dimana ada yang menjual pantang hukumnya untuk menawar apalagi menolak. Dunia perlukisan adalah tempat keras dimana " LO JUAL GUE BELI". Bukan lo jual gue tawar gue beli. Maka terjadilah pertarungan perang lukisan antara Mas Pelukis dengan Mas Bandit. 

    Beberapa perundingan dilaksanakan dan akhirnya mencapai sebuah keputusan dan kesepakatan. Para warga yang tidak tau apa akar masalahnya, tidak tau siapa dalang di balik kerusuhan itu di keluarkan dari area pertarungan dan hanya diperkenankan melihat dari balik pageran yang telah Mas Pelukis dan Mas Bandit ciptakan.

    Mas Bandit dan Mas Pelukis mengambil pasang kuda-kuda tempur. Memasang kuda-kuda sekuat-kuatnya, dan serangan segesit-gesitnya. Ini adalah pertarungan harga diri Dunia Perlukisan. Mati mulia atau menang hina. 

     Mas Bandit dan Mas Pelukis masih saling mengukur kemapuan. Saling memperhatikan tiap-tiap gerakan yang di luncurkan. Massa yang memyaksikan hanya heran, karena tak bisa menyaksikan gerakan yang serba cepat itu. Tatapan tajam Mas Bandit mengintimidasi Mas Pelukis, tapi Mas Pelukis kian tetap tenang dan mampu mengendalikan suasana. Suasana tegang makin menguat. Guntur angin kian menggelegar.

     Massa yang menonton kian ketar-ketir. Pertarungan lukisan tak terelakan. Makin sengit dan seru amat menegangkan. 

     Celakaaaa kolom untuk melanjutkan tulisan telah habiss...
     

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer