Sebuah Lukisan Kata " Gelanggang Era Perlukisan "

Gelanggang Era Perlukisan

    Sepertinya sudah disemua zaman, seniman dan seniwati tidak punya suatu yang dapat dibangga-banggakan. Selain penghasilan yang penuh ketidakjelasan. Wah!wah!wah! Ku rasa itu salah besar. Justru era ini adalah era perang gambar. Era perang menggambarkan hal baik dan hal buruk. Era memulas hal buruk menjadi seolah baik dan begitupun sebaliknya.

     Para pelukis bertarung di sana sini. Menunjukan kedigdayaan mereka. Berseteru mencari kemenangan di atas keterpurukan pihak lainnya. Kekuatan lukisan yang mampu memperdaya orang lain itulah yang amat dicari-cari pada masa-masa ini. Saling jatuh-menjatuhkan, saling roboh-merobohkan , saling gigit-menggigit, saling maki-memaki. Jiannn... Angell tenannn, ini apa-apaan?

    Pelukis mengobral jasa, mana yang paling mampu memanipulasi sehebat-hebatnya akan menjadi guru nya para guru, profesornya para profesor, dan pendekarnya para pendekar pada bidangnya. Pelukis berebut tahta untuk memperebutkan gelar "LORD PELUKIS PAHLAWAN REVOLUSI PEMBAWA PERUBAHAN". 

" Mas pelukis bagaimana cara menguasai ilmu Pensil Mawar Mekar? ". Tanya seorang anak kecil yang penasaran.
" Yohoho... Tentu saja itu tidak mudah anak muda, kau masih terlalu belia untuk mendapatkan ilmu seperti itu ". Jawab Mas Pelukis yang dikenal sebagai Pelukis Siang Terik.
" Tapi kan Mas, belajar itu kan haruzzz sedini mungkin seperti yang di tayangkan pada beskop di waktu hari minggu di rumah Pak RT ".
" Anak zaman sekarang mahir sekali kalau nge les, meskipun dia tidak mempunyai kemampuan yang mumpuni ". Batin Mas Pelukis Siang Terik.
" Kisanak masihhh terlaluuu bocill kalau akan ku beri Ilmu Pensil Mawar Mekar!". Ucap Mas Pelukis seraya menggetok-getok kepala anak kecil itu.

    Tiba-tiba datang sebuah sabetan kuas. "Cuetasss!". Dari arah timur laut hampir menyambar kepala anak kecil itu. Beruntung dengan ilmu Pensil Mawar Mekar sabetan tersebut tertangkis dengan gemulainya. Dengan secepat peralihan kabar baik dengan kabar buruk. Mas Pelukis Siang Terik mengambil pasang kuda-kuda tempur, bersiap untuk perang adu ketangkasan dan kesaktian melukis. Datang dari balik pohon randu alas sebuah sergapan warna hitam berbentuk ular dengan kilat menerjang menuju Mas Pelukis. " SWOSSSSHHH". "CRUASSSSHHHH". Mas Pelukis sembari berusaha melindungi anak kecil yang sejak tadi dibelakangnya ketakutan. 

    Mas Pelukis hanya mencoba menghindar tak menyerang dia sedang mengukur kekuatan lawanya sejak pertama kali datang menerkam. Kemudian ketika di sela-sela titik lengah. Mas Pelukis langsung mruputtt makkk jeglerrrr. Tertebaslah bandit pelukis yang menimbulkan kegaduhan dengan ilmu Coretan Pensil Kegigihan.

    Sang Bandit kemudian tertunduk lesu. Lemes loyo ga karuan, terkena satu dan satu-satunya serangan dari Mas Pelukis Siang Terik. Kemudian segeralah terjadi dialog diantara mereka.

" Apa maksudmu tiba-tiba menyerang?". Tanya Mas Pelukis Siang Terik.
" Bukan apa-apa, cuma iseng". Jawab Bandit.
" Omong kosong, dari matamu sudah terlihat bahwa yang kau katakan tadi adalah murni ketidakjujuran". Kata Mas Pelukis Siang Terik.
" Humph!...". Tatap Bandit dengan sinis.
" Segeralah kau katakan, apa maumu". Tegas Mas Pelukis.

    Suasana makin gaduh. Mendengar percekcokan antara Mas Pelukis dengan Bandit akhirnya warga-warga pun berkumpul dan berkerumun. Kerumunan kian melebar, kabar tentang adanya sebuah percekcokan kian menyebar. Hingga bakul es tebu, es dawet, es buah, es degan, bakul cilok, bakul cireng, bakul sate, bakul gethuk, dan bakul es dung-dung ikut mengerubung.

    Warga yang kian menjamur jumlahnya ada yang termakan emosi dan langsung saja menempeleng kepala Mas Bandit dengan sekencang-kencangnya dalam tempo sesingkat-singkatnya. 

     Di atas pohon blimbing sambil memetik satu dua buah, seorang berjubah putih tampak memantau situasi dan kondisi. 
" Zuizuizuizui ". Tawa Mas Berjubah itu.

    Seklebat kemudian, datang pasukan pengaman yang dinamakan "PENGHAPUS". Membubarkan kerumunan dengan berkata. " Hindari kerumunan, dan jaga jarak ".

" ZUIZUIZUIZUI". Tawa Mas Berjubah kian mengeras tak lama dia tersedak belimbing.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer